Temukan Analisis Mengejutkan, Bos JPMorgan Ungkap Musuh Terbesar AS Bukan China, Melainkan... tantangan ekonomi yang mendalam
Senin, 2 Juni 2025 oleh journal
Bos JPMorgan: Bukan China Musuh Terbesar AS, Tapi...
Foto: Xi Jinping dan Donald Trump. (AP Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, menyampaikan peringatan penting mengenai hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China. Menurutnya, musuh terbesar AS bukanlah negara tirai bambu tersebut, melainkan justru masalah internal yang dihadapi oleh bangsa Amerika sendiri.
"China adalah pesaing yang tangguh - mereka memiliki banyak keunggulan, walaupun juga tidak sedikit tantangan," ujar Dimon dalam Forum Ekonomi Nasional Reagan di Simi Valley, California, Jumat lalu, seperti dilansir CNN. "Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah diri kita sendiri. Mampukah kita berbenah diri - memperbaiki nilai-nilai, kemampuan, dan manajemen kita?"
Pernyataan Dimon ini muncul di tengah tensi perang dagang antara AS dan China yang dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Kebijakan perdagangan Trump yang fluktuatif telah menciptakan ketidakpastian ekonomi global.
Dimon juga mengingatkan bahwa China tidak akan mudah menyerah, terutama setelah Trump mengklaim bahwa Beijing "melanggar" perjanjian perdagangan terbaru.
"Mereka tidak gentar. Jangan berharap mereka akan tunduk pada Amerika," tegas Dimon.
Dimon sependapat dengan CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffet, bahwa Amerika biasanya "tangguh menghadapi tantangan," namun kali ini situasinya berbeda.
"Kita harus bersatu dan bertindak cepat," seru Dimon.
Ia menambahkan bahwa AS menghadapi masalah "salah urus" di berbagai bidang. Dimon menyerukan perbaikan dalam proses perizinan, regulasi, imigrasi, perpajakan, kualitas sekolah di perkotaan, dan sistem perawatan kesehatan. Jika perbaikan ini dilakukan, ia yakin AS dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 3% per tahun.
"Apa yang Anda dengar hari ini di panggung adalah contoh nyata dari salah urus yang luar biasa. Salah urus di tingkat negara bagian, kota, dalam pengelolaan dana pensiun... dan hal-hal ini akan menghancurkan kita," kata Dimon, merujuk pada komentar yang disampaikan oleh panelis sebelumnya di forum tersebut.
Defisit pemerintah Amerika Serikat diperkirakan mencapai sekitar US$2 triliun pada tahun 2024, atau sekitar 7% dari produk domestik bruto, menurut laporan Juni 2024 oleh Congressional Budget Office. (hsy/hsy)
Situasi ekonomi global yang penuh tantangan memang bisa membuat kita merasa khawatir. Tapi tenang, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk menghadapinya dengan lebih baik. Yuk, simak tips berikut!
1. Evaluasi dan Buat Anggaran yang Realistis - Langkah pertama adalah mengevaluasi kondisi keuanganmu saat ini. Buat anggaran yang realistis dengan mencatat semua pemasukan dan pengeluaran.
Misalnya, jika kamu punya cicilan, pastikan cicilan tersebut tidak melebihi 30% dari total pendapatan bulananmu.
2. Prioritaskan Kebutuhan Daripada Keinginan - Di masa yang tidak pasti, fokuslah pada kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Tunda dulu keinginan-keinginan yang kurang penting.
Contohnya, daripada membeli gadget baru, lebih baik alokasikan dana untuk dana darurat atau investasi.
3. Diversifikasi Sumber Penghasilan - Jangan hanya mengandalkan satu sumber penghasilan. Cari peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui freelance, bisnis online, atau investasi.
Misalnya, jika kamu punya keahlian menulis, kamu bisa menawarkan jasa penulisan artikel secara online.
4. Tingkatkan Keterampilan dan Pengetahuan - Investasikan waktu dan tenaga untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuanmu. Ini akan membantumu lebih kompetitif di pasar kerja dan membuka peluang baru.
Contohnya, ikuti kursus online, seminar, atau pelatihan yang relevan dengan bidang yang kamu geluti.
5. Bangun Dana Darurat - Usahakan untuk memiliki dana darurat yang cukup untuk menutupi pengeluaran hidup selama 3-6 bulan. Dana ini akan memberimu rasa aman dan fleksibilitas jika terjadi hal-hal yang tidak terduga.
Kamu bisa mulai menyisihkan sebagian kecil dari penghasilanmu setiap bulan untuk dana darurat ini.
Menurut Bapak Budi, apa saja faktor internal yang menjadi tantangan terbesar bagi AS saat ini?
Menurut Prof. Dr. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, "Tantangan internal AS meliputi masalah infrastruktur yang menua, sistem pendidikan yang perlu ditingkatkan, serta polarisasi politik yang menghambat pengambilan keputusan yang efektif. Semua ini berdampak pada daya saing ekonomi AS."
Ibu Ani bertanya, bagaimana perang dagang antara AS dan China bisa berdampak pada ekonomi Indonesia?
Kata Bapak Ma'ruf Amin, Wakil Presiden RI, "Perang dagang dapat mempengaruhi Indonesia melalui penurunan volume ekspor, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan potensi investasi yang tertunda. Namun, kita juga bisa melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri dan menarik investasi yang relokasi dari China."
Pak Joko ingin tahu, apa yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi dampak negatif dari ketegangan AS-China?
Menurut Bapak Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, "Pemerintah perlu memperkuat fundamental ekonomi, meningkatkan efisiensi birokrasi, menarik investasi asing, serta mendorong ekspor ke negara-negara selain AS dan China. Diversifikasi pasar ekspor sangat penting."
Mbak Rina penasaran, bagaimana individu bisa melindungi diri dari ketidakpastian ekonomi global?
Kata Ibu Felicia Putri Tjiasaka, seorang Perencana Keuangan Independen, "Individu bisa melindungi diri dengan membuat anggaran yang bijak, membentuk dana darurat, berinvestasi secara cerdas, dan terus meningkatkan keterampilan agar tetap relevan di pasar kerja."
Mas Anton bertanya, apakah ada sektor ekonomi Indonesia yang justru bisa mendapatkan keuntungan dari ketegangan AS-China?
Menurut Bapak Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, "Sektor-sektor seperti manufaktur, pariwisata, dan komoditas tertentu bisa mendapatkan keuntungan jika Indonesia mampu memanfaatkan peluang relokasi investasi dan peningkatan permintaan dari negara-negara lain. Namun, kita perlu terus meningkatkan daya saing agar bisa benar-benar merebut peluang tersebut."