Inilah Rahasia Mencegah Stroke yang Tepat dari Ahli Kesehatan agar hidup lebih berkualitas
Minggu, 25 Mei 2025 oleh journal
Cara Ampuh Mencegah Stroke: Panduan dari Ahli Kesehatan
Stroke adalah momok menakutkan, menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Bayangkan, data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2019 menunjukkan bahwa sekitar 19,42% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Tapi, jangan panik dulu! Kabar baiknya, stroke sebenarnya bisa dicegah dengan gaya hidup sehat dan disiplin.
Mungkin kamu berpikir, "Ah, stroke kan penyakit orang tua." Eits, jangan salah! World Stroke Day mencatat bahwa lebih dari 60% stroke terjadi pada usia di bawah 70 tahun, bahkan sekitar 16% dialami oleh mereka yang belum genap 50 tahun. Jadi, pencegahan stroke penting untuk semua kalangan usia.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Ahmad Akbar, Sp.PD, menegaskan bahwa pencegahan stroke sangat mungkin dilakukan dengan perubahan gaya hidup yang tepat. Lalu, apa saja langkah-langkahnya?
Kunci Pencegahan Stroke: Gaya Hidup Sehat!
Berikut ini beberapa cara yang direkomendasikan dr. Akbar untuk menurunkan risiko stroke, mari kita simak bersama:
1. Jaga Tekanan Darah Tetap Stabil
Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol adalah musuh utama. Menurut dr. Akbar, menjaga tekanan darah normal adalah langkah krusial. Mayo Clinic menambahkan bahwa kombinasi gaya hidup sehat dan pengobatan medis seringkali dibutuhkan untuk mengelola hipertensi.
2. Atur Pola Makan dengan Baik
Pola makan sehat punya pengaruh besar terhadap risiko stroke. "Hipertensi, aterosklerosis, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi, semua itu bisa muncul akibat pola makan yang tidak sehat," jelas dr. Akbar. Konsumsi makanan seimbang dan rendah lemak adalah kunci utama.
3. Rutin Berolahraga
Aktivitas fisik penting untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Olahraga teratur bisa menurunkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol baik (HDL), dan menjaga elastisitas pembuluh darah. WHO merekomendasikan minimal 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu.
4. Kelola Stres dengan Bijak
Jangan remehkan dampak stres! Data dari World Stroke Organization menunjukkan bahwa 1 dari 6 pasien stroke mengalami depresi atau stres. Kondisi mental yang buruk bisa meningkatkan risiko stroke hingga dua kali lipat, terutama di usia paruh baya.
5. Hindari Rokok
Merokok adalah faktor risiko yang sangat kuat untuk stroke. World Stroke Organization menyatakan bahwa perokok berat (20 batang rokok per hari) punya risiko stroke enam kali lebih besar dibandingkan non-perokok. Tinggalkan rokok sekarang juga!
6. Jaga Berat Badan Ideal
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko stroke karena bisa memicu hipertensi dan diabetes. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 64%, sementara kelebihan berat badan secara umum menambah risiko hingga 22%. Kementerian Kesehatan RI menetapkan indeks massa tubuh ideal bagi orang Indonesia adalah antara 18,5 sampai 25.
Waspadai Gejala Stroke Sejak Dini!
Gejala stroke bisa bervariasi tergantung area otak yang terganggu. Mayo Clinic menyebutkan beberapa tanda umum:
- Kesulitan berbicara dan memahami pembicaraan
- Mati rasa, kelemahan, atau kelumpuhan pada wajah, lengan, atau kaki
- Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata
- Sakit kepala hebat mendadak
- Kesulitan berjalan atau kehilangan keseimbangan
Gunakan metode F.A.S.T. untuk mengenali stroke dengan cepat:
- F (Face): Apakah satu sisi wajah terlihat turun saat tersenyum?
- A (Arms): Apakah satu lengan melemah atau turun saat diangkat?
- S (Speech): Apakah suara menjadi tidak jelas atau cadel?
- T (Time): Jika ada gejala tersebut, segera hubungi layanan medis darurat. Waktu sangat menentukan!
dr. Akbar mengingatkan agar tidak menunda pemeriksaan medis jika gejala stroke sudah muncul. "Semakin lama stroke diabaikan, semakin besar risiko kerusakan otak dan kecacatan yang terjadi," tutupnya.
Yuk, terapkan tips-tips sederhana ini dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi risiko stroke. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati!
1. Ukur Tekanan Darah Secara Rutin - Penting untuk mengetahui tekanan darahmu. Jika kamu punya riwayat keluarga dengan hipertensi, lakukan pengukuran tekanan darah secara berkala di rumah atau di fasilitas kesehatan terdekat. Misalnya, ukur tekanan darahmu sebulan sekali dan catat hasilnya.
Jika tekanan darahmu sering tinggi, segera konsultasikan dengan dokter.
2. Perbanyak Konsumsi Sayur dan Buah - Sayur dan buah kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Usahakan untuk mengonsumsi minimal 5 porsi sayur dan buah setiap hari. Misalnya, tambahkan sayuran hijau ke dalam setiap menu makanmu dan jadikan buah sebagai camilan sehat.
Hindari jus buah yang sudah ditambah gula berlebihan.
3. Batasi Asupan Garam dan Gula - Terlalu banyak garam bisa meningkatkan tekanan darah, sedangkan terlalu banyak gula bisa meningkatkan risiko diabetes. Perhatikan kandungan garam dan gula pada makanan dan minuman kemasan. Misalnya, kurangi penggunaan garam saat memasak dan hindari minuman manis seperti soda dan teh manis dalam kemasan.
Ganti gula dengan madu atau pemanis alami lainnya.
4. Lakukan Aktivitas Fisik yang Kamu Sukai - Tidak harus pergi ke gym, kok! Pilih aktivitas fisik yang kamu nikmati, seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang, atau menari. Lakukan secara rutin minimal 30 menit setiap hari. Misalnya, ajak teman atau keluarga untuk berjalan-jalan di taman setiap sore.
Cari komunitas olahraga yang sesuai dengan minatmu.
5. Cukup Istirahat dan Tidur - Kurang tidur bisa meningkatkan stres dan tekanan darah. Usahakan untuk tidur 7-8 jam setiap malam. Ciptakan suasana tidur yang nyaman dan hindari penggunaan gadget sebelum tidur. Misalnya, matikan lampu dan pasang musik relaksasi untuk membantu tidur lebih nyenyak.
Hindari begadang jika tidak ada keperluan mendesak.
6. Belajar Teknik Relaksasi - Ada banyak teknik relaksasi yang bisa membantu mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam. Luangkan waktu beberapa menit setiap hari untuk melakukan teknik relaksasi yang kamu sukai. Misalnya, coba meditasi selama 10 menit setiap pagi untuk memulai hari dengan tenang.
Ikuti kelas yoga atau meditasi untuk mendapatkan panduan yang lebih baik.
Apakah benar stroke hanya menyerang orang tua, menurut pendapat Ibu Ani?
Menurut dr. Tirta Mandira Hudhi, seorang dokter dan influencer kesehatan, anggapan bahwa stroke hanya menyerang orang tua adalah mitos belaka. Stroke bisa menyerang siapa saja, bahkan anak muda. Faktor risiko seperti gaya hidup tidak sehat, merokok, dan obesitas bisa meningkatkan risiko stroke di usia muda.
Bagaimana cara membedakan stroke dengan penyakit lain yang gejalanya mirip, kata Bapak Budi?
Prof. Dr. dr. Teguh Ranakusuma, Sp.S(K), seorang ahli saraf terkemuka, menjelaskan bahwa cara terbaik untuk membedakan stroke dengan penyakit lain adalah dengan menggunakan metode F.A.S.T. (Face, Arms, Speech, Time). Jika ada gejala seperti wajah yang tiba-tiba miring, lengan yang melemah, atau bicara yang pelo, segera bawa ke rumah sakit. Waktu sangat krusial dalam penanganan stroke.
Makanan apa saja yang sebaiknya dihindari untuk mencegah stroke, menurut pendapat Mbak Citra?
Menurut Chef Farah Quinn, seorang selebriti chef, penting untuk membatasi konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan gula. Hindari makanan olahan, makanan cepat saji, dan minuman manis. Perbanyak konsumsi sayur, buah, ikan, dan biji-bijian untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Seberapa penting olahraga dalam pencegahan stroke, menurut Bapak Dedi?
Menurut dr. Michael Triangto, SpKO, seorang dokter spesialis kedokteran olahraga, olahraga sangat penting dalam pencegahan stroke. Olahraga teratur bisa menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), dan menjaga berat badan ideal. Lakukan olahraga yang kamu sukai minimal 30 menit setiap hari.
Apakah stres bisa menjadi penyebab stroke, menurut Ibu Eka?
Menurut Dra. Ratih Ibrahim, MM, seorang psikolog klinis, stres yang tidak terkontrol bisa meningkatkan risiko stroke. Stres kronis bisa memicu peradangan dalam tubuh dan meningkatkan tekanan darah. Belajar mengelola stres dengan baik melalui teknik relaksasi, meditasi, atau kegiatan yang menyenangkan bisa membantu mencegah stroke.