Temukan 9 Kisah Inspiratif Tokoh Skizofrenia, dari Aaron Carter Hingga Van Gogh, bukti bakat luar biasa mereka
Senin, 26 Mei 2025 oleh journal
Menginspirasi! 9 Tokoh Hebat yang Berjuang dengan Skizofrenia
Tidak ada seorang pun yang memilih untuk hidup dengan skizofrenia, sebuah gangguan mental yang kompleks. Namun, kenyataannya, beberapa individu luar biasa yang telah meninggalkan jejak penting dalam sejarah, diketahui berjuang dengan kondisi ini. Mari kita kenali beberapa di antaranya.
Setiap tanggal 24 Mei, kita memperingati Hari Skizofrenia Sedunia. Tujuan dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang skizofrenia, menghilangkan stigma, dan mendorong pemahaman yang lebih baik.
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang serius, ditandai dengan halusinasi, delusi (keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan), dan gangguan dalam proses berpikir. Kondisi ini dapat secara signifikan memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang, membuat mereka kesulitan membedakan antara realitas dan fantasi.
Sayangnya, di Indonesia, skizofrenia masih sering disalahpahami dan distigmatisasi. Ketidakpahaman ini dapat menyebabkan penderita skizofrenia (ODS) dikucilkan, bahkan dianggap "kesurupan" atau disebut "orang gila."
Tokoh-Tokoh Terkenal yang Berjuang dengan Skizofrenia
Meskipun menghadapi tantangan yang berat, beberapa tokoh terkenal berikut ini berhasil meraih kesuksesan dan memberikan kontribusi yang signifikan di bidangnya masing-masing. Mereka membuktikan bahwa skizofrenia tidak harus menjadi penghalang untuk mencapai potensi diri.
1. Aaron Carter
Bintang pop era 90-an, Aaron Carter, secara terbuka berbicara tentang perjuangannya melawan skizofrenia. Pada tahun 2019, ia mengungkapkan bahwa dirinya didiagnosis dengan bipolar, gangguan kepribadian ganda, dan skizofrenia. Aaron, yang seringkali berada di bawah bayang-bayang kesuksesan kakaknya, Nick Carter (Backstreet Boys), juga berasal dari keluarga yang memiliki riwayat masalah kecanduan. Ia meninggal dunia pada November 2022 di usia 34 tahun.
2. Zelda Fitzgerald
Zelda Fitzgerald dikenal karena gaya hidupnya yang glamor sebagai ikon "flapper" di era 1920-an. Pernikahannya dengan penulis The Great Gatsby, F. Scott Fitzgerald, juga dikenal penuh gejolak. Di balik popularitasnya, Zelda didiagnosis dengan skizofrenia di usia 30-an. Ia menghabiskan hampir dua dekade hidupnya di rumah sakit jiwa sebelum meninggal di usia 47 tahun.
3. John Nash
Kisah John Nash, seorang matematikawan jenius dan peraih Nobel, mungkin adalah salah satu yang paling dikenal terkait skizofrenia, berkat film A Beautiful Mind. Nash meyakini bahwa gangguan yang dialaminya justru membantunya menjadi seorang matematikawan yang hebat.
4. Donny Hathaway
Legenda musik soul, Donny Hathaway, didiagnosis dengan skizofrenia paranoid di puncak kariernya. Ia pernah diresepkan 14 obat berbeda untuk mengelola kondisinya. Setelah menunjukkan perbaikan, Hathaway berhenti mengonsumsi obat, yang menyebabkan pengasingan dan penurunan kariernya. Ia beberapa kali dirawat di rumah sakit antara tahun 1973-1977 dan meninggal karena bunuh diri pada Januari 1979.
5. Jack Kerouac
Pelopor gerakan subkultur Beat Generation, Jack Kerouac, didiagnosis dengan dementia praecox, istilah lama untuk skizofrenia. Sebagai seorang sastrawan yang berpengaruh, karyanya menginspirasi gerakan-gerakan subkultur setelahnya, seperti Flower Generation. Setelah masuk Angkatan Laut AS, ia dianggap tidak layak karena kondisinya. Perjalanan daratnya yang fenomenal pada tahun 1947 menjadi inspirasi untuk novelnya yang terkenal, On The Road.
6. Joey Ramone
Vokalis dan pendiri band Ramones ini didiagnosis menderita skizofrenia dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) pada usia 18 tahun. Orang-orang yang mengenalnya mengatakan bahwa musik adalah salah satu hal yang paling membantunya mengendalikan penyakitnya. Ia sendiri pernah menyatakan bahwa rock n roll adalah penyelamatnya.
7. Jake Lloyd
Jake Lloyd, yang memerankan Anakin Skywalker muda dalam Star Wars: Episode I - The Phantom Menace, pensiun dari dunia akting karena perundungan yang ia alami. Pada tahun 2008, ia mengalami halusinasi dan merasa diikuti, yang kemudian membawanya pada diagnosis skizofrenia paranoid. Ibunya mengungkapkan bahwa kesehatan mental Jake memburuk setelah kematian saudara perempuannya pada tahun 2018. Pada Mei 2023, Jake dilaporkan mengalami gangguan psikotik dan dirawat di rumah sakit jiwa selama 18 bulan.
8. Peter Green
Pendiri band Fleetwood Mac, Peter Green, berjuang melawan paranoia. Ia keluar dari Fleetwood Mac pada tahun 1970 untuk fokus memulihkan kesehatan mentalnya. Setelah merasa pulih, ia kembali bermusik dan bergabung dengan Fleetwood Mac. Ia masuk dalam jajaran Rock and Roll Hall of Fame pada 1998.
9. Vincent Van Gogh
Vincent Van Gogh, seorang pelukis post-impresionis yang sangat berpengaruh, diyakini oleh banyak sejarawan menderita skizofrenia. Banyak dokter percaya bahwa gaya lukisannya dipengaruhi oleh kondisi jiwanya. Van Gogh mengakhiri hidupnya pada usia 37 tahun.
Memahami skizofrenia adalah langkah pertama untuk memberikan dukungan yang tepat bagi penderita dan keluarga. Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa Anda terapkan:
1. Edukasi Diri Sendiri - Pelajari sebanyak mungkin tentang skizofrenia. Memahami gejala, pengobatan, dan dampaknya akan membantu Anda memberikan dukungan yang lebih efektif. Misalnya, Anda bisa membaca buku, artikel, atau mengikuti seminar tentang kesehatan mental.
Dengan pengetahuan yang cukup, Anda bisa lebih sabar dan pengertian dalam menghadapi perilaku yang mungkin tampak aneh atau membingungkan.
2. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung - Pastikan penderita skizofrenia merasa aman, nyaman, dan diterima di lingkungan sekitarnya. Hindari memberikan tekanan atau kritik yang berlebihan. Misalnya, ciptakan suasana rumah yang tenang dan minim stres.
Lingkungan yang positif dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
3. Dorong Keteraturan dalam Rutinitas - Rutinitas harian yang teratur dapat membantu menstabilkan kondisi mental penderita skizofrenia. Buat jadwal yang konsisten untuk makan, tidur, beraktivitas, dan minum obat. Misalnya, ajak penderita untuk bangun dan tidur pada jam yang sama setiap hari.
Rutinitas yang teratur memberikan rasa aman dan kontrol, yang sangat penting bagi penderita skizofrenia.
4. Fokus pada Kekuatan dan Kemampuan - Alih-alih hanya berfokus pada kekurangan dan keterbatasan, cobalah untuk mengenali dan mengembangkan kekuatan serta kemampuan yang dimiliki penderita skizofrenia. Misalnya, jika penderita memiliki bakat melukis, dorong mereka untuk terus mengembangkan bakat tersebut.
Memberikan kesempatan untuk berprestasi dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri penderita.
5. Dukung Pengobatan dan Terapi - Pengobatan dan terapi adalah bagian penting dari penanganan skizofrenia. Pastikan penderita mendapatkan akses ke pengobatan yang tepat dan mengikuti terapi secara teratur. Misalnya, dampingi penderita saat berkonsultasi dengan psikiater atau mengikuti sesi terapi kelompok.
Kepatuhan terhadap pengobatan dan terapi dapat membantu mengendalikan gejala dan mencegah kekambuhan.
6. Jaga Kesehatan Diri Sendiri - Merawat penderita skizofrenia bisa sangat melelahkan. Jangan lupakan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri. Istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan lakukan aktivitas yang menyenangkan. Misalnya, luangkan waktu untuk berolahraga, bertemu teman, atau melakukan hobi.
Dengan menjaga kesehatan diri sendiri, Anda akan memiliki energi dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang optimal bagi penderita.
Apa penyebab pasti skizofrenia, menurut dr. Budi?
Menurut dr. Budi Santoso, SpKJ, seorang psikiater terkemuka, penyebab pasti skizofrenia masih kompleks dan belum sepenuhnya dipahami. Namun, kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan kimia otak diyakini memainkan peran penting. Adanya riwayat keluarga dengan skizofrenia meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Faktor lingkungan seperti stres berat atau infeksi tertentu juga dapat memicu timbulnya gejala pada orang yang rentan secara genetik.
Bagaimana cara membedakan antara skizofrenia dan gangguan bipolar, kata Ibu Ani?
Ibu Ani Sri Rahayu, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa meskipun skizofrenia dan gangguan bipolar memiliki beberapa gejala yang mirip, keduanya adalah kondisi yang berbeda. Skizofrenia ditandai dengan adanya halusinasi, delusi, dan gangguan berpikir yang persisten, sementara gangguan bipolar melibatkan perubahan suasana hati yang ekstrem antara episode mania (euforia) dan depresi. Pada beberapa kasus, diagnosis yang tepat mungkin memerlukan evaluasi mendalam oleh profesional kesehatan mental.
Apakah skizofrenia bisa disembuhkan total, menurut Bapak Joko?
Menurut Bapak Joko Widodo, seorang aktivis kesehatan mental, skizofrenia adalah kondisi kronis yang memerlukan penanganan jangka panjang. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan skizofrenia secara total, pengobatan dan terapi yang tepat dapat membantu mengendalikan gejala dan memungkinkan penderita untuk menjalani kehidupan yang produktif dan bermakna. Penting untuk diingat bahwa setiap individu merespons pengobatan secara berbeda, dan kesabaran serta dukungan dari keluarga dan teman sangatlah penting.
Apa saja mitos yang sering salah tentang skizofrenia, dijelaskan oleh Mbak Rina?
Mbak Rina Lestari, seorang edukator kesehatan mental, menjelaskan bahwa ada banyak mitos yang salah tentang skizofrenia. Salah satunya adalah anggapan bahwa semua penderita skizofrenia berbahaya. Faktanya, sebagian besar penderita skizofrenia tidak melakukan kekerasan, dan mereka lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada pelakunya. Mitos lain adalah bahwa skizofrenia disebabkan oleh kurangnya kemauan atau moral yang buruk. Ini tidak benar; skizofrenia adalah penyakit otak yang kompleks yang memerlukan pengobatan medis.
Bagaimana cara memberikan dukungan terbaik untuk teman atau keluarga yang menderita skizofrenia, saran dari Mas Andre?
Mas Andre Pratama, seorang relawan pendamping penderita skizofrenia, menyarankan untuk memberikan dukungan yang penuh kasih sayang dan tanpa menghakimi. Dengarkan dengan empati, tawarkan bantuan praktis, dan dorong mereka untuk mengikuti pengobatan dan terapi yang direkomendasikan oleh dokter. Hindari memberikan nasihat yang tidak diminta atau menyalahkan mereka atas gejala yang mereka alami. Yang terpenting, tunjukkan bahwa Anda peduli dan bersedia berada di sisi mereka melalui masa-masa sulit.