Wajib Simak! 6 Manfaat Bawang Garlic, Tingkatkan Imunitas! – E-Journal

Kamis, 31 Juli 2025 oleh journal

Tanaman dari genus Allium, yang secara botani dikenal sebagai Allium sativum, merupakan salah satu rempah-rempah yang telah lama digunakan dalam berbagai budaya di seluruh dunia.

Bagian umbinya, yang terdiri dari beberapa siung, memiliki aroma dan rasa yang khas serta kuat, menjadikannya bumbu masakan yang sangat populer.

Selain perannya dalam dunia kuliner, tanaman ini juga telah diakui secara tradisional selama ribuan tahun atas sifat-sifat terapeutiknya.

Berbagai peradaban kuno, mulai dari Mesir, Yunani, hingga Tiongkok, telah mendokumentasikan penggunaannya dalam pengobatan berbagai penyakit, menggarisbawahi posisinya sebagai agen penyembuhan alami yang penting.

manfaat bawang garlic

  1. Mendukung Kesehatan Kardiovaskular

    Konsumsi rutin umbi ini telah banyak dikaitkan dengan peningkatan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Senyawa organosulfur, terutama allicin, diallyl trisulfide (DATS), dan S-allyl cysteine (SAC), berperan penting dalam mekanisme ini.

    Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association oleh Ernst (1998) dan kemudian studi oleh Ried et al.

    (2013) dalam Journal of Nutrition menunjukkan bahwa ekstraknya dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat), serta berpotensi menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

    Efek ini diyakini berasal dari kemampuannya untuk melemaskan otot polos pembuluh darah dan menghambat agregasi trombosit, sehingga mengurangi risiko aterosklerosis dan pembentukan bekuan darah.

    Wajib Simak! 6 Manfaat Bawang Garlic, Tingkatkan Imunitas!...
  2. Sifat Antimikroba yang Kuat

    Senyawa aktif dalam tanaman ini, khususnya allicin, dikenal memiliki spektrum luas aktivitas antimikroba terhadap bakteri, virus, jamur, dan parasit.

    Studi in vitro dan in vivo telah menunjukkan efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan berbagai patogen, termasuk Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans, seperti yang dilaporkan oleh Anciano et al. (2001) dalam Applied and Environmental Microbiology.

    Mekanisme kerjanya melibatkan gangguan pada sintesis RNA dan DNA mikroba, serta kerusakan membran sel patogen. Potensi ini menjadikannya agen alami yang menarik dalam memerangi infeksi dan resistensi antimikroba.

  3. Efek Anti-inflamasi dan Antioksidan

    Umbi ini kaya akan senyawa antioksidan yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, faktor utama dalam penuaan dan perkembangan penyakit kronis.

    Senyawa organosulfur seperti allicin dan ajoene menunjukkan kemampuan untuk menetralkan radikal bebas dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan endogen.

    Selain itu, sifat anti-inflamasinya berasal dari kemampuannya untuk menghambat aktivitas enzim pro-inflamasi seperti siklooksigenase (COX) dan lipooksigenase (LOX), serta menekan produksi sitokin pro-inflamasi.

    Penelitian oleh Rahman (2007) dalam Journal of Medicinal Food menyoroti peran antioksidan dan anti-inflamasi ini dalam pencegahan penyakit.

  4. Meningkatkan Fungsi Kekebalan Tubuh

    Konsumsi tanaman ini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit.

    Kandungan senyawa belerang dan antioksidan di dalamnya dapat merangsang proliferasi sel-sel kekebalan seperti limfosit dan makrofag, serta meningkatkan aktivitas sel natural killer (NK).

    Sebuah tinjauan oleh Nantz dan Percival (2001) dalam Advances in Therapy menunjukkan bahwa suplementasi ekstraknya dapat mengurangi frekuensi dan durasi gejala pilek dan flu.

    Peningkatan respons imun ini penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap berbagai patogen.

  5. Potensi Anti-Kanker

    Beberapa studi epidemiologi dan penelitian laboratorium telah menunjukkan potensi umbi ini dalam pencegahan dan pengobatan kanker.

    Senyawa organosulfur seperti diallyl sulfide (DAS), diallyl disulfide (DADS), dan diallyl trisulfide (DATS) telah terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker, menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker, dan mencegah metastasis.

    Penelitian yang dilakukan oleh Herman dan Teel (1986) dan kemudian oleh Shukla dan Singh (2007) dalam Cancer Research menunjukkan bahwa senyawa-senyawa ini dapat memodulasi jalur sinyal seluler yang terlibat dalam karsinogenesis.

    Potensi antikanker ini menjadikannya subjek penelitian yang intensif dalam bidang onkologi nutrisi.

  6. Regulasi Gula Darah

    Bagi individu dengan diabetes atau risiko diabetes, tanaman ini menawarkan manfaat potensial dalam regulasi kadar gula darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstraknya dapat membantu menurunkan glukosa darah puasa dan meningkatkan sensitivitas insulin.

    Mekanisme yang diusulkan meliputi peningkatan sekresi insulin dari pankreas, peningkatan penyerapan glukosa oleh sel, dan perlindungan sel beta pankreas dari kerusakan oksidatif. Studi oleh Thomson et al.

    (2007) dalam Journal of Nutritional Biochemistry menunjukkan efek hipoglikemik dari umbi ini, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian klinis untuk mengkonfirmasi secara komprehensif manfaat ini pada manusia.