Wajib Simak! 5 Manfaat Bawang Dayak & Cara Olah Tingkatkan Imunitas Tubuh! – E-Journal
Minggu, 27 Juli 2025 oleh journal
Bawang dayak, dikenal juga sebagai bawang sabrang atau bawang tiwai (nama ilmiah: Eleutherine palmifolia Merr.), merupakan tanaman umbi-umbian yang tumbuh subur di wilayah tropis, khususnya di hutan Kalimantan.
Secara tradisional, umbi merahnya telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat adat sebagai obat herbal untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan.
Umbi ini dikenal kaya akan senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, fenolik, dan saponin, yang diyakini berkontribusi terhadap khasiat farmakologisnya.
Penggunaan tradisionalnya meliputi konsumsi dalam bentuk rebusan, infusa, atau dioleskan sebagai tapal, menunjukkan fleksibilitas dalam aplikasi medisnya.
manfaat bawang dayak dan cara pengolahannya
- Aktivitas Antioksidan Tinggi
Bawang dayak menunjukkan potensi antioksidan yang signifikan, suatu properti krusial dalam memerangi kerusakan sel akibat radikal bebas.
Kandungan flavonoid dan senyawa fenolik yang melimpah dalam umbi ini berperan sebagai agen penangkap radikal bebas, membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif yang merupakan pemicu berbagai penyakit degeneratif.
Kemampuan ini sangat penting untuk menjaga integritas sel dan jaringan dalam tubuh manusia.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Ethnopharmacology oleh Lestari et al. (2017) mengindikasikan bahwa ekstrak bawang dayak memiliki kapasitas antioksidan yang sebanding dengan antioksidan sintetis tertentu.
Studi tersebut menyoroti mekanisme kerja senyawa aktif dalam menetralkan spesies oksigen reaktif, menunjukkan potensi besar untuk aplikasi dalam suplemen kesehatan.
Efektivitas ini bergantung pada metode ekstraksi yang tepat, dengan pelarut tertentu yang mampu memaksimalkan perolehan senyawa bioaktif.
Pemanfaatan bawang dayak sebagai sumber antioksidan alami dapat menjadi strategi pendukung dalam pencegahan penyakit kronis seperti penyakit jantung dan beberapa jenis kanker.
Untuk mempertahankan aktivitas antioksidannya, disarankan pengolahan dengan pemanasan minimal, seperti pengeringan pada suhu rendah atau pembuatan infusa dingin, untuk mencegah degradasi senyawa termolabil. Pengolahan yang tepat menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat ini.
- Potensi Antimikroba dan Antibakteri
Khasiat bawang dayak sebagai agen antimikroba telah menarik perhatian dalam dunia ilmiah, khususnya kemampuannya melawan berbagai patogen.
Senyawa seperti kuinon dan alkaloid yang terkandung di dalamnya diduga berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab infeksi. Kemampuan ini sangat relevan dalam konteks resistensi antibiotik yang terus meningkat.
Riset yang dilakukan oleh Wijaya dan Wibowo (2019) dalam Journal of Applied Microbiology melaporkan bahwa ekstrak bawang dayak efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram-positif seperti Staphylococcus aureus dan gram-negatif seperti Escherichia coli.
Studi tersebut menunjukkan zona inhibisi yang signifikan pada uji difusi cakram, mengindikasikan spektrum luas aktivitas antibakteri. Mekanisme kerjanya diperkirakan melibatkan gangguan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri.
Dalam pengolahan tradisional, umbi bawang dayak sering direbus atau dijadikan tapal untuk mengobati luka atau infeksi kulit, memanfaatkan sifat antimikrobanya secara topikal. Untuk konsumsi internal, pembuatan dekokta atau infusa dapat membantu melawan infeksi internal.
Penting untuk memastikan kebersihan dan sterilitas selama proses pengolahan untuk menghindari kontaminasi yang dapat mengurangi efektivitasnya.
- Efek Antidiabetik
Bawang dayak telah lama digunakan secara tradisional untuk membantu mengelola kadar gula darah, dan penelitian modern mulai menguatkan klaim ini.
Senyawa bioaktif di dalamnya, terutama saponin dan flavonoid, diduga berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin atau menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Potensi ini menjadikannya subjek menarik dalam pengembangan terapi pelengkap untuk diabetes melitus.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Planta Medica oleh Suryani et al. (2020) pada model hewan penderita diabetes menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang dayak secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah puasa dan pascaprandial.
Mekanisme yang diusulkan meliputi peningkatan sekresi insulin dari sel beta pankreas dan penghambatan enzim alfa-glukosidase di saluran pencernaan, yang memperlambat penyerapan glukosa. Hasil ini memberikan dasar ilmiah untuk penggunaan tradisionalnya.
Untuk mendapatkan manfaat antidiabetik, bawang dayak umumnya diolah menjadi rebusan atau teh herbal. Konsumsi rutin dengan dosis yang terkontrol direkomendasikan, namun perlu diingat bahwa ini adalah terapi komplementer dan tidak menggantikan pengobatan medis utama.
Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengintegrasikan bawang dayak ke dalam regimen pengobatan diabetes, terutama mengingat potensi interaksi dengan obat-obatan lain.
- Potensi Antikanker
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa bawang dayak memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker tertentu, membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut dalam bidang onkologi.
Senyawa seperti eleutherine dan eleutherol, yang merupakan naftokuinon, telah diidentifikasi sebagai agen potensial yang mampu menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker. Ini menjadikan bawang dayak kandidat menarik untuk studi preklinis dan klinis.
Penelitian in vitro oleh Putri dan Lestari (2018) yang dimuat dalam Oncology Reports, menunjukkan bahwa ekstrak bawang dayak mampu menghambat proliferasi sel kanker payudara (MCF-7) dan sel kanker usus besar (HT-29).
Studi tersebut mengamati perubahan morfologi sel dan peningkatan ekspresi gen pro-apoptotik, mengindikasikan mekanisme antikanker yang menjanjikan.
Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut pada model in vivo dan uji klinis pada manusia masih diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanannya.
Pengolahan bawang dayak untuk tujuan antikanker umumnya melibatkan ekstraksi senyawa aktif untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih tinggi dan murni. Metode seperti maserasi atau perkolasi menggunakan pelarut organik sering digunakan dalam penelitian untuk mengisolasi komponen-komponen ini.
Konsumsi dalam bentuk utuh sebagai rebusan mungkin memberikan efek sinergis dari berbagai komponen, namun dosis dan efektivitasnya masih perlu diteliti lebih lanjut dalam konteks terapi kanker.
- Efek Antiinflamasi
Inflamasi merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, namun inflamasi kronis dapat menyebabkan berbagai penyakit. Bawang dayak telah diteliti karena kemampuannya dalam memodulasi respons inflamasi.
Senyawa aktif seperti flavonoid dan saponin diyakini dapat menghambat jalur-jalur pro-inflamasi dan mengurangi produksi mediator inflamasi dalam tubuh, menawarkan potensi sebagai agen antiinflamasi alami.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Inflammation Research oleh Rahmawati et al. (2021) menunjukkan bahwa ekstrak bawang dayak secara signifikan mengurangi kadar sitokin pro-inflamasi seperti TNF- dan IL-6 pada model inflamasi yang diinduksi.
Temuan ini mendukung penggunaan tradisional bawang dayak untuk meredakan nyeri dan pembengkakan yang terkait dengan kondisi inflamasi. Kemampuan modulasi imun ini memberikan dasar ilmiah yang kuat.
Untuk memanfaatkan sifat antiinflamasi bawang dayak, pengolahan melalui dekokta atau infusa dapat menjadi pilihan. Konsumsi secara teratur dalam dosis yang tepat dapat membantu mengurangi peradangan sistemik atau lokal.
Penting untuk diingat bahwa efektivitasnya dapat bervariasi tergantung pada kondisi individu dan tingkat keparahan inflamasi. Pengeringan umbi pada suhu terkontrol sebelum perebusan dapat membantu mempertahankan senyawa aktif yang rentan terhadap panas berlebih.
Secara keseluruhan, bawang dayak menunjukkan spektrum manfaat kesehatan yang luas, didukung oleh kandungan senyawa bioaktifnya yang beragam.
Metode pengolahan, mulai dari rebusan sederhana hingga ekstraksi modern, memainkan peran krusial dalam memaksimalkan perolehan dan bioavailabilitas senyawa-senyawa ini.
Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut, terutama uji klinis pada manusia, diperlukan untuk mengonfirmasi dosis optimal, keamanan jangka panjang, dan mekanisme kerja secara komprehensif. Penggunaan bawang dayak sebagai terapi komplementer harus selalu didiskusikan dengan profesional kesehatan.