Wajib Simak! Ketahui Manfaat & Resiko Suntik Vitamin C, Kulit Cerah Merona – E-Journal
Kamis, 31 Juli 2025 oleh journal
Pemberian asam askorbat secara parenteral, yaitu melalui injeksi langsung ke dalam pembuluh darah (intravena) atau otot (intramuskular), merupakan metode administrasi yang berbeda dari konsumsi oral.
Pendekatan ini memungkinkan kadar vitamin C yang lebih tinggi dan lebih cepat tercapai dalam aliran darah, karena nutrisi tersebut dapat melewati proses pencernaan dan penyerapan di usus.
Prosedur ini seringkali dipertimbangkan dalam situasi klinis tertentu yang memerlukan peningkatan cepat kadar vitamin C dalam tubuh atau ketika penyerapan oral terganggu.
suntik vitamin c manfaat dan resiko
- Peningkatan Kadar Plasma Cepat dan Efisien
Salah satu manfaat utama dari pemberian vitamin C melalui injeksi adalah kemampuannya untuk mencapai konsentrasi plasma yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suplementasi oral.
Ketika vitamin C ditelan, penyerapan di usus menjadi jenuh pada dosis tertentu, membatasi jumlah yang dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Sebaliknya, injeksi memungkinkan vitamin C untuk langsung masuk ke aliran darah, memastikan bioavailabilitas yang hampir 100% dan kadar puncak yang lebih tinggi, seperti yang dijelaskan dalam studi oleh Padayatty et al.
(2004) yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine.
- Dukungan Fungsi Imun yang Optimal
Vitamin C adalah nutrisi esensial yang memainkan peran krusial dalam berbagai aspek fungsi kekebalan tubuh. Ini mendukung produksi dan fungsi sel-sel kekebalan seperti limfosit dan fagosit, serta melindungi mereka dari kerusakan oksidatif.
Pada individu dengan defisiensi vitamin C atau kondisi stres metabolik tinggi, injeksi dapat membantu memulihkan kadar yang adekuat dengan cepat, sehingga meningkatkan respons imun tubuh terhadap infeksi, sebagaimana dilaporkan dalam tinjauan oleh Carr dan Maggini (2017) dalam jurnal Nutrients.
- Potensi Antioksidan Kuat
Sebagai antioksidan kuat, vitamin C membantu menetralkan radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh dan menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif berkontribusi pada penuaan dini dan berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif.
Pemberian injeksi vitamin C dapat menyediakan dosis antioksidan yang tinggi untuk melawan kerusakan oksidatif, yang berpotensi mendukung kesehatan sel dan jaringan secara keseluruhan, meskipun efektivitasnya sebagai terapi tunggal untuk penyakit kronis masih memerlukan penelitian lebih lanjut, seperti yang dibahas oleh Frei et al.
(1989) di Proceedings of the National Academy of Sciences.
- Penting untuk Sintesis Kolagen dan Perbaikan Jaringan
Vitamin C merupakan kofaktor esensial dalam sintesis kolagen, protein struktural utama yang ditemukan di kulit, tulang, pembuluh darah, dan jaringan ikat lainnya.
Dengan mempromosikan produksi kolagen, vitamin C mendukung penyembuhan luka, menjaga elastisitas kulit, dan memperkuat struktur tubuh.
Injeksi dapat mempercepat proses ini, terutama pada pasien dengan luka bakar parah atau kondisi yang membutuhkan regenerasi jaringan cepat, seperti yang dijelaskan dalam publikasi oleh Peter et al. (2017) dalam jurnal Wound Repair and Regeneration.
- Meningkatkan Penyerapan Zat Besi Non-Heme
Vitamin C secara signifikan meningkatkan penyerapan zat besi non-heme (zat besi dari sumber tumbuhan) di usus.
Ini mengubah zat besi feri (Fe3+) menjadi bentuk fero (Fe2+) yang lebih mudah diserap, sehingga sangat bermanfaat bagi individu yang rentan terhadap anemia defisiensi besi, terutama vegetarian atau vegan.
Meskipun injeksi tidak secara langsung meningkatkan penyerapan di usus, kadar vitamin C yang tinggi dalam tubuh dapat memfasilitasi metabolisme zat besi secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan oleh Hallberg dan Hulthn (2000) dalam Annual Review of Nutrition.
- Risiko Reaksi Alergi dan Hipersensitivitas
Meskipun jarang, individu dapat mengalami reaksi alergi atau hipersensitivitas terhadap vitamin C yang diberikan melalui injeksi. Reaksi ini dapat berkisar dari ruam kulit ringan, gatal-gatal, hingga anafilaksis yang mengancam jiwa.
Penting bagi tenaga medis untuk melakukan riwayat alergi yang cermat dan memantau pasien setelah pemberian injeksi untuk mendeteksi tanda-tanda reaksi merugikan, seperti yang didokumentasikan dalam laporan kasus yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal medis.
- Potensi Overdosis dan Efek Samping Ginjal
Dosis vitamin C yang sangat tinggi, terutama melalui injeksi intravena, dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal pada individu tertentu yang rentan, khususnya mereka dengan riwayat nefrolitiasis atau gangguan ginjal.
Metabolisme vitamin C menghasilkan oksalat, yang dapat berakumulasi dan membentuk kristal kalsium oksalat di ginjal.
Oleh karena itu, pemantauan fungsi ginjal dan hidrasi yang adekuat sangat penting ketika dosis tinggi diberikan, sebagaimana diperingatkan oleh beberapa studi, termasuk penelitian oleh Massey et al.
(2005) dalam Journal of the American Society of Nephrology.
- Ketidakseimbangan Elektrolit dan Cairan
Injeksi vitamin C dosis tinggi, terutama yang diberikan secara intravena, dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit dan cairan dalam tubuh.
Hal ini disebabkan oleh sifat osmotik larutan vitamin C yang dapat menarik cairan, berpotensi menyebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit jika tidak dikelola dengan tepat.
Oleh karena itu, pemantauan kadar elektrolit dan status hidrasi pasien adalah prosedur standar untuk meminimalkan risiko ini, seperti yang diuraikan dalam pedoman klinis untuk terapi infus.
- Interaksi dengan Obat-obatan Tertentu
Vitamin C dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat, yang berpotensi mengubah efektivitasnya atau meningkatkan risiko efek samping.
Contohnya, vitamin C dosis tinggi dapat memengaruhi hasil tes laboratorium tertentu (misalnya, tes glukosa urin) atau berpotensi mengurangi efektivitas obat kemoterapi tertentu atau antikoagulan.
Konsultasi dengan dokter dan peninjauan riwayat pengobatan pasien sebelum pemberian injeksi vitamin C sangat penting untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan, sebagaimana dibahas oleh Sarna et al. (2007) dalam Current Oncology Reports.