Jarang Diketahui! Inilah 8 Manfaat Makan Berkeringat bagi Detoks Tubuh – E-Journal
Kamis, 17 Juli 2025 oleh journal
Mengonsumsi makanan yang memicu respons termogenik kuat, seringkali ditandai dengan produksi keringat, melibatkan proses fisiologis kompleks yang dapat memberikan berbagai dampak positif bagi kesehatan tubuh.
Fenomena ini umumnya terkait dengan konsumsi makanan pedas yang mengandung senyawa seperti capsaicin, atau makanan dengan suhu tinggi yang secara alami meningkatkan suhu inti tubuh.
Respons berkeringat yang menyertainya adalah mekanisme alami tubuh untuk mendinginkan diri dan menjaga homeostasis termal.
Pemahaman ilmiah mengenai interaksi antara asupan makanan tertentu dan respons fisiologis ini menjadi krusial untuk mengapresiasi manfaat kesehatan yang mungkin timbul.
manfaat makan berkeringat
- Peningkatan Laju Metabolisme dan Pembakaran Kalori
Konsumsi makanan pedas, khususnya yang mengandung capsaicin, telah terbukti dapat memicu termogenesis, yaitu proses produksi panas dalam tubuh.
Peningkatan panas ini berkorelasi langsung dengan peningkatan laju metabolisme basal, yang berarti tubuh membakar lebih banyak kalori bahkan saat beristirahat. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutritional Science and Vitaminology oleh Yoshioka et al.
(1995) menunjukkan bahwa capsaicin dapat meningkatkan pengeluaran energi dan oksidasi lemak setelah makan.
Efek termogenik ini tidak hanya terjadi sesaat setelah makan, tetapi juga dapat memiliki dampak yang berkelanjutan dalam beberapa jam.
Aktivasi reseptor vanilloid transient receptor potential vanilloid 1 (TRPV1) oleh capsaicin adalah mekanisme utama di balik respons ini.
Peningkatan aktivitas metabolisme ini dapat berkontribusi pada pengelolaan berat badan dan pencegahan penumpukan lemak berlebih jika dikombinasikan dengan pola makan seimbang dan aktivitas fisik.
- Peningkatan Sirkulasi Darah
Senyawa bioaktif dalam makanan pedas, seperti capsaicin, diketahui memiliki efek vasodilatasi, yaitu pelebaran pembuluh darah. Pelebaran ini memungkinkan aliran darah yang lebih lancar ke seluruh tubuh, meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel-sel dan jaringan.
Sirkulasi darah yang optimal sangat penting untuk fungsi organ yang sehat dan pembuangan limbah metabolik secara efisien.
Peningkatan sirkulasi ini juga dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah pada individu tertentu, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi efek jangka panjangnya.
Manfaat ini terutama relevan bagi kesehatan kardiovaskular, membantu menjaga elastisitas pembuluh darah dan mengurangi beban kerja jantung. Proses berkeringat itu sendiri merupakan indikasi dari respons vaskular tubuh terhadap peningkatan suhu.
- Pelepasan Endorfin dan Peningkatan Mood
Sensasi pedas yang kuat seringkali diinterpretasikan oleh tubuh sebagai bentuk "rasa sakit" ringan, yang kemudian memicu pelepasan endorfin, neurotransmitter alami yang berfungsi sebagai pereda nyeri dan peningkat suasana hati.
Respons fisiologis ini mirip dengan apa yang terjadi selama olahraga intens, yang sering disebut sebagai "runner's high." Efek ini dapat menciptakan perasaan euforia atau relaksasi setelah sensasi pedas mereda.
Peningkatan kadar endorfin dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan, serta memberikan rasa nyaman dan kepuasan.
Banyak individu melaporkan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan setelah mengonsumsi makanan pedas, yang sebagian besar dapat diatribusikan pada respons neurokimia ini.
Oleh karena itu, mengonsumsi makanan pedas dapat menjadi salah satu cara alami untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis.
- Potensi Efek Anti-inflamasi
Capsaicin dan beberapa senyawa lain yang ditemukan dalam makanan pedas telah menunjukkan sifat anti-inflamasi dalam berbagai studi in vitro dan in vivo.
Senyawa ini dapat memodulasi jalur sinyal inflamasi dalam tubuh, mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi dan mediator lainnya. Kemampuan ini berpotensi memberikan manfaat dalam mengurangi peradangan kronis yang merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit degeneratif.
Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme dan efektivitas capsaicin sebagai agen anti-inflamasi pada manusia dalam konteks diet sehari-hari.
Namun, bukti awal menunjukkan bahwa konsumsi rutin makanan pedas mungkin berkontribusi pada pencegahan atau mitigasi kondisi yang terkait dengan peradangan. Potensi ini menjadikan makanan pedas sebagai subjek penelitian menarik dalam bidang nutrisi fungsional.
- Dukungan Pengelolaan Berat Badan
Selain meningkatkan metabolisme, makanan pedas juga dapat membantu dalam pengelolaan berat badan melalui efeknya pada nafsu makan dan rasa kenyang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi capsaicin dapat mengurangi asupan kalori secara keseluruhan dengan meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi keinginan untuk makan.
Efek ini dapat menjadi alat bantu yang berguna dalam strategi penurunan atau pemeliharaan berat badan.
Studi yang diterbitkan dalam British Journal of Nutrition oleh Reinbach et al. (2009) menemukan bahwa konsumsi capsaicin sebelum makan dapat mengurangi asupan energi secara signifikan.
Mekanisme di balik ini kemungkinan melibatkan pengaruh capsaicin terhadap hormon-hormon pengatur nafsu makan dan peningkatan pengeluaran energi. Integrasi makanan pedas ke dalam diet yang seimbang dapat menjadi komponen yang efektif dalam program pengelolaan berat badan.
- Peningkatan Sensitivitas Insulin
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa capsaicin berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin, suatu faktor penting dalam regulasi kadar gula darah.
Peningkatan sensitivitas insulin berarti sel-sel tubuh lebih efisien dalam menyerap glukosa dari darah, yang dapat membantu mencegah atau mengelola kondisi seperti resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
Mekanisme yang mendasarinya masih dalam tahap penelitian, namun diduga melibatkan pengaruh capsaicin pada jalur sinyal glukosa.
Studi pada hewan dan beberapa uji coba pada manusia telah memberikan hasil yang menjanjikan, menunjukkan bahwa capsaicin dapat memengaruhi metabolisme glukosa. Manfaat ini sangat relevan mengingat prevalensi global diabetes tipe 2 yang terus meningkat.
Meskipun demikian, konsumsi makanan pedas tidak boleh dianggap sebagai pengganti terapi medis untuk diabetes, melainkan sebagai pelengkap potensial dalam diet yang sehat.
- Pereda Nyeri
Capsaicin telah lama dikenal dan digunakan secara topikal sebagai agen pereda nyeri, terutama untuk nyeri neuropatik dan nyeri sendi. Mekanisme kerjanya melibatkan desensitisasi ujung saraf yang merasakan nyeri melalui aktivasi reseptor TRPV1.
Meskipun konsumsi oral mungkin tidak memberikan efek pereda nyeri yang sama persis dengan aplikasi topikal, beberapa laporan anekdotal dan penelitian awal menunjukkan potensi untuk mengurangi beberapa jenis nyeri kronis.
Efek pereda nyeri ini merupakan salah satu alasan mengapa capsaicin banyak diteliti dalam farmakologi.
Dengan mengonsumsi makanan yang memicu respons berkeringat, tubuh mungkin juga mengalami pelepasan senyawa yang serupa atau memicu jalur saraf yang dapat membantu memodulasi persepsi nyeri.
Namun, individu dengan kondisi pencernaan sensitif harus berhati-hati dalam mengonsumsi makanan pedas.
- Peningkatan Adaptasi Termal Tubuh
Paparan rutin terhadap kondisi yang memicu keringat, seperti konsumsi makanan pedas atau panas, dapat membantu tubuh beradaptasi dengan lebih baik terhadap fluktuasi suhu.
Proses berkeringat adalah mekanisme pendinginan utama tubuh, dan dengan melatih sistem ini secara teratur, efisiensinya dapat meningkat. Ini berarti tubuh menjadi lebih baik dalam mengatur suhu intinya saat menghadapi panas.
Adaptasi termal ini penting untuk individu yang tinggal di iklim panas atau sering terpapar suhu tinggi. Kemampuan tubuh untuk berkeringat secara efisien dan mendinginkan diri dapat mengurangi risiko heat stress dan meningkatkan kenyamanan fisiologis.
Oleh karena itu, mengonsumsi makanan yang memicu keringat dapat menjadi bagian dari proses aklimatisasi tubuh terhadap kondisi lingkungan tertentu.