Temukan 7 Manfaat Daun Dadap Serep, Khasiat yang Bikin Penasaran!

Senin, 21 Juli 2025 oleh journal

Tanaman bernama dadap serep, khususnya bagian daunnya, memiliki berbagai kegunaan tradisional. Masyarakat memanfaatkan komponen tumbuhan ini untuk mengatasi beragam keluhan kesehatan. Khasiatnya meliputi membantu meredakan demam, mengurangi peradangan, serta memberikan efek menenangkan.

Penggunaan umumnya melibatkan perebusan daun untuk diambil sarinya atau pemakaian langsung sebagai tapal.

Penggunaan ekstrak tumbuhan tertentu sebagai komplementer dalam perawatan kesehatan dapat memberikan manfaat, asalkan didukung oleh bukti ilmiah yang kuat dan digunakan secara bijak.

Potensi efek anti-inflamasi dan antipiretik beberapa senyawa alami menjanjikan, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya, ujar dr. Amelia Rahmawati, seorang ahli herbalogi klinis.

Temukan 7 Manfaat Daun Dadap Serep, Khasiat yang...

- dr. Amelia Rahmawati, Ahli Herbalogi Klinis

Pemanfaatan daun dari tanaman tertentu secara tradisional telah dikenal luas. Lebih jauh, penelitian awal menunjukkan bahwa daun ini mengandung senyawa aktif seperti alkaloid dan flavonoid.

Senyawa-senyawa ini berpotensi memberikan efek anti-inflamasi, meredakan demam (antipiretik), dan memberikan efek sedatif ringan. Flavonoid, misalnya, dikenal karena sifat antioksidannya yang dapat membantu melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas.

daun dadap serep manfaat

Daun dadap serep menyimpan potensi khasiat yang telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Pemahaman mendalam terhadap manfaat esensialnya krusial untuk penggunaan yang tepat dan efektif.

  • Meredakan demam.
  • Mengurangi peradangan.
  • Efek menenangkan.
  • Meredakan nyeri.
  • Mempercepat penyembuhan luka.
  • Menurunkan tekanan darah.
  • Antimikroba ringan.

Manfaat-manfaat ini berakar pada kandungan senyawa aktif dalam daun dadap serep. Misalnya, efek meredakan demam dan mengurangi peradangan mungkin terkait dengan senyawa flavonoid yang memiliki sifat antipiretik dan anti-inflamasi.

Penggunaan tradisional sebagai tapal untuk luka juga menunjukkan potensi dalam mempercepat penyembuhan. Meski demikian, perlu diingat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk validasi ilmiah dan penentuan dosis yang aman.

Meredakan Demam

Penggunaan ekstrak tanaman tertentu untuk meredakan demam telah menjadi bagian dari praktik pengobatan tradisional selama berabad-abad. Kemampuan suatu tumbuhan dalam menurunkan suhu tubuh yang meningkat merupakan aspek penting yang menjadikannya bernilai dalam penanganan kondisi demam.

  • Kandungan Senyawa Antipiretik

    Efek penurunan demam seringkali dikaitkan dengan keberadaan senyawa antipiretik alami dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan memengaruhi pusat pengaturan suhu di otak, sehingga membantu tubuh melepaskan panas dan menurunkan suhu tubuh ke tingkat normal.

    Contoh senyawa yang memiliki aktivitas antipiretik adalah flavonoid dan alkaloid, yang sering ditemukan dalam berbagai tanaman obat.

  • Mekanisme Kerja Biologis

    Mekanisme kerja antipiretik melibatkan interaksi kompleks dengan sistem kekebalan tubuh dan proses inflamasi. Demam seringkali merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi, di mana sistem kekebalan melepaskan zat-zat kimia yang memicu peningkatan suhu tubuh.

    Senyawa antipiretik dapat membantu menekan produksi zat-zat kimia ini, sehingga mengurangi respons demam.

  • Penggunaan Tradisional dan Empiris

    Penggunaan tumbuhan untuk meredakan demam seringkali didasarkan pada pengalaman empiris yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

    Praktisi pengobatan tradisional telah mengamati efek penurunan demam dari tumbuhan tertentu dan mengembangkan metode penggunaan yang sesuai, seperti merebus daun atau akar tumbuhan untuk diambil ekstraknya.

  • Potensi Efek Samping dan Interaksi

    Meskipun memiliki potensi manfaat, penggunaan tumbuhan untuk meredakan demam juga perlu mempertimbangkan potensi efek samping dan interaksi dengan obat-obatan lain. Beberapa tumbuhan mungkin mengandung senyawa yang dapat menyebabkan reaksi alergi atau berinteraksi dengan obat-obatan resep.

    Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan sebelum menggunakan tumbuhan untuk mengatasi demam.

  • Penelitian Ilmiah dan Validasi

    Penelitian ilmiah modern berperan penting dalam memvalidasi khasiat tradisional tumbuhan untuk meredakan demam. Studi-studi klinis dapat membantu mengidentifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek antipiretik dan menentukan dosis yang aman dan efektif.

    Hasil penelitian ini dapat memberikan dasar ilmiah untuk penggunaan tumbuhan dalam pengobatan demam.

  • Pendekatan Holistik dan Terintegrasi

    Penggunaan tumbuhan untuk meredakan demam sebaiknya dilihat sebagai bagian dari pendekatan holistik dan terintegrasi terhadap kesehatan. Selain penggunaan tumbuhan, penting juga untuk menjaga hidrasi yang cukup, istirahat yang adekuat, dan mengonsumsi makanan yang bergizi.

    Dalam kasus demam yang parah atau berkepanjangan, konsultasi dengan dokter tetap diperlukan.

Dengan memahami mekanisme kerja, potensi manfaat, dan risiko yang terkait, pemanfaatan tumbuhan sebagai agen pereda demam dapat dilakukan secara lebih bijaksana dan bertanggung jawab.

Integrasi pengetahuan tradisional dengan penelitian ilmiah modern memungkinkan pengembangan pendekatan yang lebih komprehensif dalam mengatasi kondisi demam.

Mengurangi peradangan.

Kemampuan daun dadap serep dalam menekan peradangan menjadi salah satu daya tarik utama dalam pengobatan tradisional. Peradangan, sebagai respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, seringkali menimbulkan rasa sakit, kemerahan, pembengkakan, dan gangguan fungsi.

Senyawa-senyawa tertentu yang terkandung dalam ekstrak daun ini dipercaya memiliki aktivitas anti-inflamasi, yang bekerja melalui berbagai mekanisme biologis.

Salah satu mekanisme yang mungkin terlibat adalah penghambatan produksi mediator inflamasi. Mediator-mediator ini, seperti prostaglandin dan sitokin, merupakan molekul-molekul yang berperan penting dalam memicu dan memperkuat respons peradangan.

Dengan menghambat produksi atau aktivitas mediator-mediator ini, senyawa dalam daun dadap serep berpotensi meredakan gejala peradangan.

Selain itu, beberapa senyawa mungkin bekerja dengan menstabilkan membran sel, sehingga mencegah pelepasan enzim-enzim yang dapat merusak jaringan dan memperparah peradangan.

Efek antioksidan yang dimiliki oleh beberapa senyawa juga dapat berkontribusi pada pengurangan peradangan, karena radikal bebas dapat memicu dan memperburuk proses inflamasi.

Meskipun mekanisme pastinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut, bukti empiris dan penelitian awal menunjukkan potensi daun dadap serep sebagai agen anti-inflamasi alami.

Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan daun ini sebagai pengobatan peradangan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional kesehatan, terutama bagi individu dengan kondisi medis tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan lain.

Efek menenangkan.

Kehadiran efek menenangkan menjadi salah satu aspek penting yang dikaitkan dengan pemanfaatan daun dari tanaman tertentu. Dalam konteks penggunaan tradisional, efek ini sering kali dimanfaatkan untuk membantu mengatasi kondisi seperti kecemasan, insomnia, atau ketegangan saraf.

Senyawa-senyawa aktif dalam daun diperkirakan berinteraksi dengan sistem saraf pusat, menghasilkan respons relaksasi yang dapat meredakan gejala-gejala tersebut.

Mekanisme kerja yang mendasari efek menenangkan ini dapat melibatkan modulasi neurotransmiter tertentu di otak. Neurotransmiter seperti GABA (gamma-aminobutyric acid) berperan penting dalam menghambat aktivitas saraf, sehingga menghasilkan efek relaksasi.

Senyawa dalam daun mungkin berinteraksi dengan reseptor GABA atau meningkatkan kadar GABA di otak, sehingga mempromosikan perasaan tenang dan mengurangi kecemasan.

Selain itu, efek menenangkan juga dapat dikaitkan dengan penurunan aktivitas sistem saraf simpatik, yang bertanggung jawab atas respons "lawan atau lari" tubuh terhadap stres.

Senyawa dalam daun mungkin membantu menekan aktivitas sistem saraf simpatik, sehingga mengurangi detak jantung, tekanan darah, dan ketegangan otot, yang semuanya berkontribusi pada perasaan rileks dan tenang.

Penggunaan daun untuk tujuan menenangkan sering kali melibatkan penyeduhan menjadi teh atau ekstrak, yang kemudian dikonsumsi.

Aroma dan rasa dari seduhan tersebut juga dapat berkontribusi pada efek relaksasi, melalui aktivasi sistem limbik di otak, yang terkait dengan emosi dan memori.

Meskipun bukti anekdotal dan penggunaan tradisional mendukung klaim efek menenangkan, penting untuk dicatat bahwa penelitian ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme kerja dan efektivitasnya.

Selain itu, penggunaan untuk tujuan menenangkan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, terutama bagi individu yang sedang mengonsumsi obat-obatan penenang atau memiliki kondisi medis tertentu.

Meredakan Nyeri.

Kemampuan meredakan nyeri menjadi salah satu aspek yang menonjol dalam pemanfaatan tradisional berbagai tanaman, termasuk dadap serep. Nyeri, sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, dapat sangat mengganggu kualitas hidup seseorang.

Oleh karena itu, potensi suatu tumbuhan dalam mengurangi sensasi nyeri menjadikannya berharga dalam pengobatan komplementer.

  • Kandungan Senyawa Analgesik Alami

    Efek pereda nyeri seringkali dikaitkan dengan keberadaan senyawa analgesik alami dalam tumbuhan.

    Senyawa-senyawa ini bekerja dengan memengaruhi sistem saraf, baik secara sentral (di otak dan sumsum tulang belakang) maupun perifer (di saraf-saraf tepi), untuk mengurangi persepsi nyeri.

    Contoh senyawa yang memiliki aktivitas analgesik adalah alkaloid, flavonoid, dan terpenoid, yang dapat ditemukan dalam berbagai tanaman obat.

  • Mekanisme Kerja Biologis yang Kompleks

    Mekanisme kerja analgesik melibatkan interaksi kompleks dengan berbagai reseptor dan jalur saraf yang terlibat dalam transmisi nyeri. Beberapa senyawa dapat menghambat produksi atau pelepasan zat-zat kimia yang memicu sensasi nyeri, seperti prostaglandin dan bradikinin.

    Senyawa lain dapat mengaktifkan reseptor opioid di otak, yang menghasilkan efek analgesik dan euforia.

  • Penggunaan Tradisional sebagai Pereda Nyeri

    Penggunaan tumbuhan sebagai pereda nyeri telah menjadi bagian dari praktik pengobatan tradisional di berbagai budaya.

    Praktisi pengobatan tradisional telah mengamati efek pereda nyeri dari tumbuhan tertentu dan mengembangkan metode penggunaan yang sesuai, seperti mengoleskan ekstrak tumbuhan pada area yang sakit atau mengonsumsi seduhan tumbuhan untuk mengurangi nyeri internal.

  • Potensi Efek Samping dan Interaksi Obat

    Meskipun memiliki potensi manfaat, penggunaan tumbuhan sebagai pereda nyeri juga perlu mempertimbangkan potensi efek samping dan interaksi dengan obat-obatan lain.

    Beberapa tumbuhan mungkin mengandung senyawa yang dapat menyebabkan reaksi alergi, gangguan pencernaan, atau interaksi dengan obat-obatan resep.

    Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan sebelum menggunakan tumbuhan untuk mengatasi nyeri, terutama jika memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.

  • Penelitian Ilmiah untuk Validasi dan Standardisasi

    Penelitian ilmiah modern berperan penting dalam memvalidasi khasiat tradisional tumbuhan sebagai pereda nyeri dan mengembangkan produk herbal yang aman dan efektif.

    Studi-studi klinis dapat membantu mengidentifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek analgesik dan menentukan dosis yang optimal. Standardisasi ekstrak tumbuhan juga penting untuk memastikan kualitas dan konsistensi produk herbal.

Keterkaitan potensi peredaan nyeri dengan pemanfaatan dadap serep menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap mekanisme kerja, mengidentifikasi senyawa aktif, dan mengeksplorasi potensi aplikasi klinisnya.

Integrasi pengetahuan tradisional dengan pendekatan ilmiah modern dapat membuka jalan bagi pengembangan terapi nyeri yang lebih efektif dan aman.

Mempercepat Penyembuhan Luka.

Potensi mempercepat penyembuhan luka merupakan salah satu aspek yang menarik perhatian dalam eksplorasi khasiat tumbuhan tradisional. Kemampuan suatu tanaman dalam mendukung proses regenerasi jaringan dan meminimalkan risiko infeksi menjadikannya berpotensi bermanfaat dalam perawatan luka.

  • Kandungan Senyawa Aktif dengan Sifat Regeneratif

    Proses penyembuhan luka seringkali difasilitasi oleh keberadaan senyawa aktif dalam tanaman yang memiliki sifat regeneratif. Senyawa-senyawa ini dapat merangsang pertumbuhan sel-sel baru, mempercepat pembentukan kolagen, dan meningkatkan vaskularisasi di sekitar area luka.

    Contoh senyawa yang memiliki aktivitas regeneratif adalah allantoin, flavonoid, dan terpenoid.

  • Efek Anti-inflamasi dan Antimikroba dalam Mempercepat Penyembuhan

    Peradangan dan infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu, efek anti-inflamasi dan antimikroba dari senyawa dalam tanaman dapat berkontribusi signifikan terhadap percepatan penyembuhan.

    Senyawa anti-inflamasi membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri, sementara senyawa antimikroba mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi.

  • Peningkatan Pembentukan Kolagen untuk Kekuatan Jaringan

    Kolagen merupakan protein struktural utama yang berperan penting dalam pembentukan jaringan parut yang kuat. Beberapa senyawa dalam tanaman dapat merangsang produksi kolagen oleh sel-sel fibroblas, sehingga meningkatkan kekuatan dan elastisitas jaringan yang baru terbentuk.

    Peningkatan pembentukan kolagen dapat mempercepat penutupan luka dan mengurangi risiko pembentukan jaringan parut yang berlebihan.

  • Peran Antioksidan dalam Melindungi Jaringan dari Kerusakan

    Radikal bebas yang dihasilkan selama proses peradangan dapat merusak sel-sel dan jaringan di sekitar luka. Senyawa antioksidan dalam tanaman dapat menetralkan radikal bebas ini, melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif, dan mempercepat proses penyembuhan.

    Contoh senyawa antioksidan adalah vitamin C, vitamin E, dan flavonoid.

Hubungan erat antara potensi percepatan penyembuhan luka dan pemanfaatan sumber daya alam menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap mekanisme kerja yang mendasari, mengidentifikasi senyawa aktif yang paling efektif, dan mengembangkan formulasi yang aman dan efektif untuk perawatan luka.

Integrasi pengetahuan tradisional dengan pendekatan ilmiah modern dapat membuka jalan bagi pengembangan terapi luka yang lebih inovatif dan terjangkau.

Menurunkan tekanan darah.

Beberapa praktik pengobatan tradisional memanfaatkan tumbuhan tertentu untuk membantu mengelola tekanan darah tinggi. Klaim ini seringkali didasarkan pada kandungan senyawa bioaktif yang dipercaya memiliki efek vasodilatasi, diuretik, atau penghambatan sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS).

Vasodilatasi merujuk pada pelebaran pembuluh darah, yang mengurangi resistensi aliran darah dan menurunkan tekanan. Efek diuretik meningkatkan ekskresi natrium dan air melalui urin, sehingga mengurangi volume darah dan tekanan.

Penghambatan RAAS, sistem hormonal yang mengatur tekanan darah, juga dapat berkontribusi pada efek hipotensif.

Meskipun mekanisme ini terdengar menjanjikan, penting untuk dicatat bahwa bukti ilmiah yang mendukung efektivitas tumbuhan tertentu dalam menurunkan tekanan darah seringkali terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Studi klinis yang terkontrol dengan baik diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas, menentukan dosis yang aman, dan mengidentifikasi potensi interaksi dengan obat-obatan konvensional.

Selain itu, variasi dalam kandungan senyawa aktif dan metode persiapan dapat memengaruhi efek yang diamati.

Individu dengan tekanan darah tinggi sebaiknya tidak mengandalkan sepenuhnya pada pengobatan herbal sebagai pengganti perawatan medis standar.

Perubahan gaya hidup, seperti diet rendah natrium, olahraga teratur, dan pengelolaan stres, tetap menjadi komponen penting dalam pengendalian tekanan darah.

Konsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan terlatih sangat dianjurkan sebelum menggunakan ramuan herbal, terutama jika sedang mengonsumsi obat-obatan lain atau memiliki kondisi medis penyerta.

Antimikroba ringan.

Potensi efek antimikroba yang tergolong ringan pada ekstrak dedaunan tertentu mengindikasikan kemampuan substansi tersebut dalam menghambat pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur, meskipun pada tingkat yang tidak sekuat agen antimikroba farmasi.

Aktivitas ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan tradisional tanaman tersebut dalam menjaga kesehatan dan mengatasi infeksi ringan.

Senyawa-senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya, seperti flavonoid atau alkaloid, diduga memiliki peran dalam efek ini, bekerja dengan merusak struktur sel mikroba atau mengganggu proses metabolisme esensial mereka.

Meskipun efek antimikroba yang dihasilkan tergolong ringan, hal ini tetap relevan dalam konteks penggunaan topikal untuk membersihkan luka kecil atau meredakan iritasi kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Namun, perlu ditekankan bahwa aktivitas antimikroba ini tidak dapat diandalkan sebagai pengganti pengobatan medis yang terbukti efektif untuk infeksi yang lebih serius.

Studi laboratorium seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi secara spesifik spektrum antimikroba dan konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencapai efek yang signifikan.

Selain itu, pemahaman mengenai potensi interaksi dengan mikroorganisme komensal pada kulit atau saluran pencernaan menjadi krusial untuk memastikan penggunaan yang aman dan bijaksana.

Dengan demikian, potensi aktivitas antimikroba ringan dari ekstrak dedaunan ini memberikan dasar ilmiah untuk eksplorasi lebih lanjut mengenai aplikasi terapeutiknya, namun tetap harus diimbangi dengan pemahaman yang komprehensif mengenai batasan efektivitas dan potensi risiko yang terkait.

Penggunaan dalam praktik klinis harus didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat dan dilakukan di bawah pengawasan profesional kesehatan yang kompeten.

Panduan Pemanfaatan Tumbuhan Dadap Serep Secara Optimal

Pemanfaatan tumbuhan dadap serep memerlukan pemahaman yang baik agar manfaat yang diperoleh maksimal dan risiko efek samping minimal. Berikut beberapa panduan yang perlu diperhatikan:

Tip 1: Identifikasi yang Tepat.
Pastikan tumbuhan yang digunakan adalah dadap serep ( Erythrina variegata ) yang tepat. Terdapat beberapa jenis dadap yang memiliki penampilan serupa, namun kandungan senyawa aktif dan efeknya mungkin berbeda.

Konsultasi dengan ahli botani atau herbalis berpengalaman dapat membantu memastikan identifikasi yang akurat.

Tip 2: Perhatikan Dosis dan Metode Penggunaan.
Dosis dan metode penggunaan yang tepat sangat penting untuk memaksimalkan manfaat dan menghindari efek samping.

Mulailah dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan, sambil memperhatikan respons tubuh. Metode penggunaan tradisional, seperti perebusan atau penggunaan sebagai tapal, dapat diikuti, namun perhatikan kebersihan dan sanitasi.

Tip 3: Pertimbangkan Kondisi Kesehatan Individu.
Individu dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti wanita hamil atau menyusui, anak-anak, atau penderita penyakit kronis, perlu berhati-hati dalam menggunakan tumbuhan dadap serep.

Konsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan terlatih sangat dianjurkan untuk memastikan keamanan dan menghindari interaksi yang merugikan dengan obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

Tip 4: Perhatikan Potensi Interaksi Obat.
Senyawa aktif dalam tumbuhan dadap serep berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan konvensional. Informasikan kepada dokter mengenai penggunaan herbal ini, terutama jika sedang menjalani pengobatan tertentu.

Hal ini penting untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan atau mengurangi efektivitas obat-obatan yang diresepkan.

Dengan mengikuti panduan ini, potensi manfaat tumbuhan dadap serep dapat dioptimalkan dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan.

Pemanfaatan tumbuhan ini sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari pendekatan holistik terhadap kesehatan, yang mencakup pola makan sehat, gaya hidup aktif, dan konsultasi dengan profesional kesehatan.

Bukti Ilmiah dan Studi Kasus

Pemanfaatan ekstrak dedaunan tertentu dalam pengobatan tradisional telah menarik perhatian para peneliti. Studi laboratorium awal menunjukkan adanya potensi aktivitas biologis yang menjanjikan, namun bukti klinis yang kuat masih terbatas.

Evaluasi komprehensif terhadap studi kasus dan penelitian ilmiah diperlukan untuk menentukan efektivitas dan keamanan penggunaannya.

Beberapa studi in vitro mengindikasikan adanya aktivitas anti-inflamasi dan antimikroba dari ekstrak dedaunan tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa hasil studi in vitro tidak selalu dapat diprediksi ke dalam situasi in vivo.

Studi klinis terkontrol, dengan metodologi yang ketat, diperlukan untuk menguji efektivitas dan keamanan pada manusia. Studi-studi tersebut harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti dosis, metode pemberian, dan karakteristik pasien.

Terdapat pula laporan kasus yang mendokumentasikan pengalaman individu dalam menggunakan preparat dedaunan tertentu untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan. Laporan-laporan ini dapat memberikan wawasan awal mengenai potensi manfaat, namun tidak dapat dianggap sebagai bukti definitif.

Studi kasus seringkali rentan terhadap bias dan tidak memiliki kontrol yang memadai untuk membandingkan hasil dengan kelompok kontrol.

Oleh karena itu, penting untuk mendekati bukti yang ada dengan sikap kritis dan mempertimbangkan keterbatasan yang melekat pada setiap jenis studi.

Penelitian lebih lanjut, termasuk studi klinis terkontrol secara acak, diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan penggunaan ekstrak dedaunan tersebut dalam pengobatan.

Hingga bukti yang lebih kuat tersedia, penggunaan preparat ini sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional kesehatan yang kompeten.